[Drabble] : Laa Tahzan
“Alia.” Aku mengalihkan pandangan dari novel yang sedang ku baca. Tepat di hadapanku tampak seorang perempuan manis yang matanya tampak sembab. “Loh? Amira? Kamu kenapa?”. Sontak saja, aku panik. Pasalnya Amira, sahabatku ini terkenal ceria. Dan tadi pagi aku baru saja berangkat bersamanya dalam keadaan riang gembira. “Aku gagal di semuanya. Nilai-nilaiku hancur, seleksiku gagal dan masih banyak hal lain yang aku pikir aku bisa, tapi ternyata aku salah,” cerita Amira dengan suara serak. Aku mengangguk paham. Sudah hampir tiga tahun aku bersahabat dengannya. Aku tahu persis wataknya yang ambisius dan perfeksionis. Dari dulu dia sangat takut kalau tidak masuk 10 besar paralel, dan sekarang aku tahu dia tidak masuk 10 besar paralel. Beberapa jam yang lalu sekolahku memang membagikan lembar lepas hasil belajar selama setengah semester ini. Sebenarnya, nilaiku juga lumayan hancur, tapi entah kenapa aku tidak merasa sedih. “Udahlah Mir, lupain aja. Hidup nggak selalu...