[Drabble] : Laa Tahzan

“Alia.”

Aku mengalihkan pandangan dari novel yang sedang ku baca. Tepat di hadapanku tampak seorang perempuan manis yang matanya tampak sembab.

“Loh? Amira? Kamu kenapa?”. Sontak saja, aku panik. Pasalnya Amira, sahabatku ini terkenal ceria. Dan tadi pagi aku baru saja berangkat bersamanya dalam keadaan riang gembira.

“Aku gagal di semuanya. Nilai-nilaiku hancur, seleksiku gagal dan masih banyak hal lain yang aku pikir aku bisa, tapi ternyata aku salah,” cerita Amira dengan suara serak.

Aku mengangguk paham. Sudah hampir tiga tahun aku bersahabat dengannya. Aku tahu persis wataknya yang ambisius dan perfeksionis.

Dari dulu dia sangat takut kalau tidak masuk 10 besar paralel, dan sekarang aku tahu dia tidak masuk 10 besar paralel. Beberapa jam yang lalu sekolahku memang membagikan lembar lepas hasil belajar selama setengah semester ini. Sebenarnya, nilaiku juga lumayan hancur, tapi entah kenapa aku tidak merasa sedih.

“Udahlah Mir, lupain aja. Hidup nggak selalu tentang nilai, ‘kan?” hiburku.

Amira mengangguk, “Tapi kenapa di hal yang nggak berhubungan dengan nilai aku juga gagal? Kayaknya aku nggak pantes buat apa-apa”

“Stt ... jangan bilang gitu. Kalau kamu gagal bukan berarti kamu nggak bisa, mungkin ada beberapa hal yang harus kamu perhatikan lebih. Kamu paham ‘kan maksud aku?”

Amira kembali mengangguk.

“Kamu inget ‘kan apa prioritas hidup ini? Prioritas hidup ini tuh bukan selalu sukses. Tapi bagaimana proses kita untuk tidak takut gagal. Bahkan ada yang lebih penting dari itu, Tuhan. Percuma deh, kalau kamu sukses terus tapi nggak inget Tuhan,” lanjutku.

Tangis Amira semakin menjadi, ia memelukku erat, “Makasih banyak Al, udah mau jadi temen aku. Aku bersyukur banget, walau pun aku nilai-nilaiku hancur, aku sering gagal, aku masih punya temen yang selalu ada.”

Aku tersenyum, lalu membalas pelukannya, “Kamu masih punya kesempatan, Mir. Dan ingat satu lagi, kamu masih punya Allah Yang Maha Segalanya.”

Tangis Amira semakin menjadi, tapi kali ini disertai tangis bahagia.


Laa tahzan, Amira. Innallaha ma’ana.


Brebes, 14 Oktober 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[ Puisi ] : Setelah Kamu Pergi

[ Ulasan ] : Kubah - Ahmad Tohari

[ Puisi ] : Di Suatu Hari di Sebuah Toko Buku