[ Ulasan ] : Kubah - Ahmad Tohari
Ini kisah Karman, seorang lelaki yang lahir di sebuah desa yang bernama Pegaten. Ia adalah anak seorang Mantri dan mempunyai seorang adik perempuan. Setelah ayahnya tiada, Karman dan adik perempuannya disantuni oleh Haji Bakir, orang terpandang di Pegaten. Selain itu, Karman juga diberi pekerjaan ringan oleh Haji Bakir yang diupahi dengan makan sehari-hari. Tak sampai di situ, Haji Bakir juga menyekolahkan Karman hingga SMP, pendidikan yang sangat sulit bagi masyarakat kala itu.
Setelah
lulus dari SMP, Karman pontang-panting mencari pekerjaan yang ternyata amat
susah dengan ijazah SMP di tangan. Hingga akhirnya ia bertemu Margo dan Triman,
aktivis Komunis yang menawari pekerjaan di Kantor Kecamatan. Barang tentu
Karman tak menolak, ia tidak mengetahui apa motif Triman dan Margo yang
sebenarnya, yang ia tahu hanyalah ia sekarang punya pekerjaan. Tanpa sadar,
semakin lama semakin Karman dicekoki ajaran-ajaran Komunis oleh Kelompok Margo,
ia diberi bacaan-bacaan komunisme.
Hingga
akhirnya ia ingin melamar Rifah, putri Haji Bakir. Namun ternyata Rifah sudah
dijodohkan dengan seorang lelaki bernama Abdul Rahman. Karman sakit hati karena
ditolak, keadaan tersebut justru menjadi peluang bagi Margo untuk menghasut
Karman agar membenci tokoh agama tersebut sekaligus meninggalkan ajaran
agamanya.
Hasutan
Margo berhasil, Karman semakin gencar meninggalkan semua ajaran agamanya dan
semakin membenci Haji Bakir. Karman berpikir dengan meninggalkan ajaran agama
sama saja dengan membenci Haji Bakir. Hingga puncaknya pada tanggal 1 Oktober
1965, para aktivis Komunis banyak ditangkap dan ditembak mati. Karman lari dari
rumahnya dan bersembunyi ke sana kemari hingga akhirnya ia pun tertangkap dan
diasingkan di Pulau Buru.
Dua
belas tahun kemudian ia bebas, Karman pulang ke Pegaten dengan perasaan campur
aduk. Ia berpikir siapa pula yang mau menerima bekas tahanan politik seperti
dirinya, apalagi ia mendengar kabar bahwa istrinya sudah menikah lagi karena
paksaan ekonomi. Namun ternyata kenyataan berkata lain, Pegaten tidak banyak berubah,
Pegaten masih setia dengan keramahannya.
**
Penulis
menceritakan buku ini dengan alur campuran. Bab pertama berisi cerita Karman
yang baru pulang dari pulau pengasingan yang melangkah ragu menuju kampung
halamannya. Bab kedua dan seterusnya berisi penjelasan mengapa Karman bisa
bergabung dengan kelompok itu. Dan bab terakhir kembali pada perjalanan pulang
Karman menuju kampung halamannya.
Menurut
saya novel ini menarik. Di awal membaca saya sudah bertanya-tanya apa penyebab
Karman diasingkan sebagai tahanan politik. Apakah dia seorang pemimpin kelompok
tersebut, dan ternyata ia hanyalah korban. Rasa sakit hati, cinta, dan keadaan
ekonomi menjebak ia masuk dalam lingkaran tersebut. Apalagi Karman tidak tahu
menahu, ia hanya dicekoki dan ia terlalu dikuasai nafsu belaka.
Novel
ini cukup detail menceritakan setiap bagiannya. Yang saya suka, penulis
benar-benar menggambarkan suasana perdesaan yang benar-benar guyub rukun. Hal
itu dibuktikan dengan penerimaan warga yang amat baik kepada Karman, yang
notabene adalah bekas tahanan politik. Dan penulis mengambil judul Kubah karena
diakhir cerita Karman diberi kepercayaan oleh Haji Bakir untuk membangun kubah
masjid, tempat peribadatan yang pernah Karman tinggalkan dan lupakan.
Sekian ulasan dari saya. Terima kasih sudah membaca sampai kalimat ini^^
17 September 2020
Komentar
Posting Komentar