Just a Word
Di awal oktober yang lalu, angin mulai berhembus
pelan sembari membawa butiran-butiran kecil air. Pertanda musim penghujan
hendak datang. Dedaunan pun sedikit demi sedikit mulai berguguran, jatuh
bertemu dengan tanah basah.
Di awal oktober yang lalu pun, aku bernasib sama
seperti dedaunan tersebut. Bedanya, aku hanya bertemu dengan pilu yang basah
bernama air mata. Ini bukan perihal musim. Ini adalah perihal dia yang hilang
entah kemana. Tidak seperti pada kisah klise lainnya, seorang lelaki pergi
begitu saja tanpa meninggalkan apa-apa. Dia meninggalkan sejuta kenangan dan
tanya tanya di benakku.
Jika pergi adalah perihal kenangan, maka aku tidak ingin memiliki setitik pun kenangan tentangnya dalam hidupku. Tetapi, waktu sudah meleburkan harapanku. Sampai detik ini pun, segala kenangan tentangnya selalu berputar dan menari-nari dengan lincahnya dalam benakku.
Di luar, hujan sedang turun dengan derasnya. Disertai
dengan hembusan angin yang cukup kencang. Ah, ya, aku tahu. Angin bulan oktober
telah membawamu terlalu jauh. Terlalu jauh dari gapaianku.
Brebes, 10 November 2017
Ditemani gemercik air hujan.
Komentar
Posting Komentar