Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

[Cerpen] : A Letter

Satu tetes dua tetes air mata mulai membasahi kertas putih yang baru sedikit terisi itu. Tangan Bita menggenggam erat bolpoin birunya, tetap mencoba menggoreskan kata demi kata di atas lembaran putih itu. Meskipun malam semakin larut, dan hujan makin menderas. ‘Ma, Pa... apa kabar kalian? Semoga kalian baik-baik saja. Di surat ini, aku ingin sedikit menumpahkan kegundahan hatiku. Ehm, surat. Meskipun aku bisa mengirimnya melalu e-mail atau pun menelpon kalian, tapi entah kenapa aku ingin menulis surat. Ma, Pa... kalian tahu? Kehidupanku di perantauan ini sungguh berbeda dengan kehidupanku di tempat kalian melahirkan dan membesarkanku dulu. Di sini, aku bingung... dengan keadaan sekitarku. Aku bingung... apakah aku yang kurang bisa beradaptasi, atau kah mereka yang terlalu apatis terhadapku. Ma, Pa... di sini aku selalu merasa tersisihkan. Semua orang seakan melihatku dengan mata kiri mereka, bahkan kadang mereka tidak melihatku sama sekali. Aku berulang kali menganggap ini...

[Puisi] : Fana

Aku adalah sebuih busa di tengah lautan Terombang-ambing kesana kemari Sembari melawan ganasnya ombak yang menerpa setiap hari. Kadang kala bertemu terik, kadang kala bertemu hujan Dan juga bertemu badai Aku adalah sebuah busa di tengah lautan Yang walau tersamarkan oleh deburan ombak Tetap berdoa meminta keajaiban Meskipun tahu akhirnya akan lenyap. Brebes, 8 Desember 2017

[Drabble] : About You

Airin mengusap air mata yang tidak mau berhenti mengalir dari kedua matanya. Di luar hujan sedang turun dengan derasnya, menambah kenyenyakan tidur bagi siapa pun. Tapi tidak dengan Airin, ia malah tidak bisa tidur. Semua itu karena kenangan tentang Adrian kembali berputar di kepalanya. Tidak, ia dan Adrian tidak pernah memiliki hubungan spesial. Hanya sebatas teman. Tetapi, dari awal mereka berkenalan, Adrian sudah menunjukan tanda-tanda tertentu. Dan sekarang Adrian malah hilang tanpa kata. Airin tahu, Adrian memang tidak pandai berkata-kata. Airin tahu, Adrian memang tidak suka hal-hal alay seperti menulis sesuatu tentang mereka seperti halnya Airin yang suka membuat puisi tentang Adrian atau keduanya. Airin tahu, Adrian bukanlah tipe lelaki kutu buku yang menyukai puisi-puisi yang menurut Airin keren. Tetapi tidak bisakah Adrian sedikit mengucapkan kata perpisahan untuk mereka? Hujan di luar sana bertambah deras, begitu pun dengan air mata Airin. Segala kenangan tentan...

Just a Word

Di awal oktober yang lalu, angin mulai berhembus pelan sembari membawa butiran-butiran kecil air. Pertanda musim penghujan hendak datang. Dedaunan pun sedikit demi sedikit mulai berguguran, jatuh bertemu dengan tanah basah. Di awal oktober yang lalu pun, aku bernasib sama seperti dedaunan tersebut. Bedanya, aku hanya bertemu dengan pilu yang basah bernama air mata. Ini bukan perihal musim. Ini adalah perihal dia yang hilang entah kemana. Tidak seperti pada kisah klise lainnya, seorang lelaki pergi begitu saja tanpa meninggalkan apa-apa. Dia meninggalkan sejuta kenangan dan tanya tanya di benakku. Jika pergi adalah perihal kenangan, maka aku tidak ingin memiliki setitik pun kenangan tentangnya dalam hidupku. Tetapi, waktu sudah meleburkan harapanku. Sampai detik ini pun, segala kenangan tentangnya selalu berputar dan menari-nari dengan lincahnya dalam benakku. Di luar, hujan sedang turun dengan derasnya. Disertai dengan hembusan angin yang cukup kencang. Ah, ya, aku tahu. Ang...

[Drabble] : Laa Tahzan

“Alia.” Aku mengalihkan pandangan dari novel yang sedang ku baca. Tepat di hadapanku tampak seorang perempuan manis yang matanya tampak sembab. “Loh? Amira? Kamu kenapa?”. Sontak saja, aku panik. Pasalnya Amira, sahabatku ini terkenal ceria. Dan tadi pagi aku baru saja berangkat bersamanya dalam keadaan riang gembira. “Aku gagal di semuanya. Nilai-nilaiku hancur, seleksiku gagal dan masih banyak hal lain yang aku pikir aku bisa, tapi ternyata aku salah,” cerita Amira dengan suara serak. Aku mengangguk paham. Sudah hampir tiga tahun aku bersahabat dengannya. Aku tahu persis wataknya yang ambisius dan perfeksionis. Dari dulu dia sangat takut kalau tidak masuk 10 besar paralel, dan sekarang aku tahu dia tidak masuk 10 besar paralel. Beberapa jam yang lalu sekolahku memang membagikan lembar lepas hasil belajar selama setengah semester ini. Sebenarnya, nilaiku juga lumayan hancur, tapi entah kenapa aku tidak merasa sedih. “Udahlah Mir, lupain aja. Hidup nggak selalu...

[Puisi] : Sirius

Aku ingin menjadi jiwa Yang menerangi canopus Yang bukan hanya menerangi sirius Walau pun aku tahu, ia memiliki kekuatan 'tuk terangi dirinya Aku ingin menjadi jiwa Yang menganggap ada arcturus Walau sirius ada di depan mata Dan bersinar dengan terangnya. Brebes, 21 Agustus 2017

[Puisi] : Bukan Hestia

Tak perlu rindu yang dipenuhi sendu untuk beradu Di antara sengatan elektron yang kau hantarkan, dendrit ku bereaksi Menggetarkan segala rasa yang pernah ku rasakan Berkombinasi menjadi rasa sakit tak kasat mata Aku tahu. kau bukanlah Hestia Kau hanyalah sekeping kenangan yang tak lepas dari serebrum. Brebes, 8 Juli 2017

[Drabble] : Status

“Saf, menurut kamu, status dalam suatu hubungan itu penting nggak sih?” tanya Genta pada perempuan di sampingnya. Safira menoleh pada lelaki di sampingnya, lalu menatap bentangan langit diatasnya. Langit sore yang cerah memang sangat menyenangkan. “Status gimana? Setiap hubungan punya status ‘kan? Temen contohnya,” jawab Safira santai. “Bukan gitu maksud aku, maksud aku tuh hubungan spesial,” jelas Genta, “... antara laki-laki dan perempuan.” Safira mengangguk paham. Dia tahu, cepat atau lambat dia akan mendapat pertanyaan seperti ini karena dirinya selalu cuek pada setiap laki-laki yang mencoba mendekatinya. “Kalau menurut aku, status itu nggak penting.” “Kenapa?” tanya Genta sembari menatap Safira. “Status kayak gitu di usia belasan itu nggak penting. Apa sih gunanya? Kayaknya kita tuh apa-apa dibatasi, apa-apa harus saling bilang. Padahal ‘kan setiap manusia punya privasi.” “Terus juga kalau ada sesuatu yang nggak bilang, pasti ada salah satu yang ma...

[Puisi] : Pluviophile-ku Menghilang

Sepucuk kenangan yang tampak bersama hati yang tertinggal Bermain bersama luka Di bawah payung biru Hujan menjerit Bersama duka tak berderai Menderas dengan tawa, berbisik mengejek dengan hina Petrichor menguar Bermakna terbalik pada hati yang muram Mengeja semua derita hari ini Kebencian datang Memberi kesan teramat dahsyat Detik terakhir, pluviophile-ku menghilang. Brebes, 8 Juli 2017

[Cerpen] : Hujan Kita

Apa definisi bahagia menurutmu? Apa kamu pernah berpikir bahwa kita perlu menghilangkan sedikit kebahagiaan? Bukan, bukan berarti tidak bersyukur. Hanya sekadar menghilangkan rasa bahagia demi menjaga kestabilan perasaan. “Kamu suka hujan?".  Aku menoleh, lalu mendapati seorang laki laki sedang tersenyum ke arahku. “Kamu tanya saya?” ucapku memastikan. Yah, walaupun bangku di pesawat ini hanya muat dua orang. Dia terkekeh. “Saya tanya kamu. Memang siapa lagi?” Aku tersenyum tipis menanggapi. “Tadi kamu tanya apa? Hujan?” ulangku sambil menatap ke arah jendela pesawat. Di luar memang sedang hujan. “Iya. Kamu suka hujan?” ulangnya. “Suka. Kenapa dengan hujan?” tanyaku balik. “Saya punya banyak kenangan tentang hujan, saya selalu merasakan hal yang berbeda ketika hujan turun,” jawabnya. “Apa yang kamu suka dari hujan?” “Hujan itu menenangkan. Hujan juga mengajarkan saya untuk bersyukur, menurut saya kebanyakan orang di dunia selalu menunggu hujan. K...