[Cerpen] : A Letter
Satu tetes dua tetes air mata mulai membasahi kertas putih yang baru sedikit terisi itu. Tangan Bita menggenggam erat bolpoin birunya, tetap mencoba menggoreskan kata demi kata di atas lembaran putih itu. Meskipun malam semakin larut, dan hujan makin menderas. ‘Ma, Pa... apa kabar kalian? Semoga kalian baik-baik saja. Di surat ini, aku ingin sedikit menumpahkan kegundahan hatiku. Ehm, surat. Meskipun aku bisa mengirimnya melalu e-mail atau pun menelpon kalian, tapi entah kenapa aku ingin menulis surat. Ma, Pa... kalian tahu? Kehidupanku di perantauan ini sungguh berbeda dengan kehidupanku di tempat kalian melahirkan dan membesarkanku dulu. Di sini, aku bingung... dengan keadaan sekitarku. Aku bingung... apakah aku yang kurang bisa beradaptasi, atau kah mereka yang terlalu apatis terhadapku. Ma, Pa... di sini aku selalu merasa tersisihkan. Semua orang seakan melihatku dengan mata kiri mereka, bahkan kadang mereka tidak melihatku sama sekali. Aku berulang kali menganggap ini...